halo. sudah lama nggak nulis.
hari ini saya ingin berbagi mengenai harapan. keinginan. ambisi.
semua yang membaca ini pasti sebelumnya pernah memiliki harapan. sesuatu yang ingin didapatkan. ambisi dari hati. sesuatu yang menjadi tujuan dalam sebuah perjalanan.
saya juga punya. saya juga punya keinginan dan harapan.
jika melihat kembali dua puluh tahun yang sudah terlewati dalam hidup saya yang penuh dengan berbagai macam keinginan, saya sering sekali dikatakan gagal. saya sering sekali tidak bisa mendapatkan apa yang saya mau. meskipun banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan saya, entah itu karena diri saya sendiri, atau karena orang lain yang ada di sekitar saya, sampai hal-hal yang lain yang diluar kuasa saya. tapi yang namanya gagal ya gagal. yang namanya tidak berhasil, ya tidak berhasil.
pada awalnya saya merasa kegagalan itu sebuah tamparan keras yang meluluhlantakkan raga saya. namun, lambat laun, kegagalan demi kegagalan membuat saya belajar mengenai banyak hal. kegagalan demi kegagalan membentuk pola pikir yang berbeda dalam diri saya.
setiap menemui kegagalan, saya akhirnya selalu berusaha dan putar otak untuk mendapatkan pengganti kegagalan saya. kalau saya gak dapat rotan, akar pun boleh saya gunakan. yang jelas saya gak boleh tangan kosong. perjuangan saya harus, harus, harus dan harus menemui hasil.
kenapa? mungkin kamu tanya saya kenapa kok saya cari akar saat saya gagal mendapatkan rotan. kenapa saya nggak usaha lebih keras lagi aja nantinya, agar kelak saya dapat rotannya?
jawaban saya sederhana: karena kelak saya akan buat akar yang saya punya lebih baik daripada rotan yang saya cari.
hidup tidak akan memanjakan kita dengan selalu memberikan apa yang kita mau. karena kita, manusia, adalah makhluk paling tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung jika bicara tentang keinginan dan ambisi. karena keinginan manusia, tiada akan pernah berujung.
diberikan cuaca panas oleh tuhan, mengeluh minta hujan. diberikan hujan oleh tuhan, mengeluh minta mentari. diberikan rezeki untuk membeli motor, setelah terbeli, muncul hasrat untuk membeli mobil. diberikan rezeki untuk membeli mobil, setelah terbeli dan terkena macet, mengeluh dan mengumpat betapa menyenangkannya naik motor karena bisa salip kanan dan kiri.
berangkat dari berbagai kegagalan yang saya alami, saya belajar untuk menghargai dan menikmati berkah yang saya punya. apa yang tuhan berikan untuk saya. karena kalau saya kilas balik semuanya, tuhan nggak pernah kasih tangan saya kosong. pasti selalu ada hasil yang saya dapatkan, meskipun hasil itu tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. saya sebenarnya selalu dapat pengganti dari apa yang jadi keinginan saya. dan saya yakin, hal yang sama juga terjadi pada kalian semua yang merasa menemui kegagalan, atau tak kunjung dapat menggapai impian.
pernah nggak kalian berfikir, kalau tuhan selalu memberikan kita sesuatu sesuai porsinya? kalau kita selalu dikasih akar jika tidak bisa mendapatkan rotan?
saya termasuk salah satu orang yang percaya bahwa di dunia ini semua terjadi dengan sebab. tidak ada yang namanya kebetulan. tidak ada yang namanya kebetulan dekat, kebetulan ketemu, kebetulan keterima, kebetulan kebetulan dan kebetulan.
semua pasti ada sebabnya. dan sejauh yang saya tau, tuhan selalu berikan saya apa yang saya butuhkan.
mungkin saya nggak akan langsung merasakan kalau saya butuh sesuatu itu, karena jelas mata saya terbutakan dengan ambisi saya. tapi sejauh yang saya alami, tuhan tidak pernah benar-benar mengecewakan saya.
kenapa saya tidak dapatkan apa yang saya inginkan? pasti ada sebabnya. penyebabnya menurut saya ada dua: satu, saya tidak butuh apa yang saya inginkan, atau, dua, ada hal lain yang lebih baik yang diberikan ke saya saat ini meskipun saya belum sadar kalau itu memang yang terbaik untuk saya dan lebih baik dari apa yang saya inginkan.
seperti saat saya meraung menangis dan membenci kenyataan bahwa saya ditolak mentah-mentah dari tiga fakultas arsitektur universitas terkemuka di indonesia, dan justru diterima di fakultas kedokteran hewan di surabaya.
keinginan saya tidak tercapai. saya tidak mendapatkan apa yang menjadi tujuan saya. tapi saya mendapatkan penggantinya, walaupun hal itu adalah sesuatu yang sangat sangat saya tidak suka.
saya baru sadar kalau sesuatu yang saya dapatkan ini baik untuk saya ketika saya sudah jauh menjalaninya. walaupun, sejujurnya, kegagalan demi kegagalan dalam tahun pertama kuliah saya membuat saya marah dan kemudian dengan nekat mendaftar sbmptn lagi di tahun kedua.
iya, saya marah. karna saat itu saya pikir, udah mah dapet bukan yang diinginkan, malah dikasih kegagalan lagi didalamnya, nilainya jelek, pelajarannya susah lagi.
saya marah, lalu dengan tanpa pikir panjang kemudian mendaftar sbmptn lagi.
beberapa hari setelah saya melaksanakan ujian seleksi sbmptn, baru saya menyadari kalau apa yang saya punya adalah sudah yang terbaik untuk saya. yang paling pas untuk saya. hal ini saya sadari setelah saya kemudiannya banyak menemukan fakta nyata seputar apa yang jadi impian saya. baik buruknya, saya perlahan menguaknya. dan setelah saya rinci dan tulis semua, saya baru sadar. kalau apa yang saya dapat, adalah yang paling baik untuk saya dan paling bisa membuat saya berkembang jadi lebih baik lagi.
tapi, ups. ternyata saya diterima. arsitektur. di institut yang bagus pula. tapi apa yang saya punya sudah baik untuk saya. apa yang saya punya sudah pas untuk saya. dan saya bisa lebih banyak berkembang dengan apa yang sudah saya punya.
akhirnya saya melepaskan impian saya. saya melepaskan ambisi saya. saya melepaskan titel “mahasiswa arsitektur” yang sudah susah payah saya cari. yang saya perjuangan dengan peluh, air mata, dan tenaga. saya melepaskan satu status yang mungkin ribuan orang diluar sana cari setengah mati.
disinilah saya merasa begitu bersalah. disinilah yang menjadi titik balik dan tamparan untuk saya yang begitu penuh ego.
hanya karena emosi dan gengsi, saya gegabah mengambil keputusan untuk meninggalkan apa yang saya punya. seandainya saja saya bisa lebih sabar dan bersyukur dengan apa yang saya punya, mungkin satu kursi tidak akan terbuang begitu saja. mungkin satu kursi yang tidak jadi saya ambil itu, bisa dipakai oleh satu dari ribuan calon mahasiswa yang setengah mati belajar untuk mendapatkannya. seandainya saya lebih sabar dan bersyukur. seandainya saya lebih sabar… dan bersyukur.
karena itulah saya nggak mau ada orang lain yang mengalami apa yang sudah saya alami.
teruntuk para pembaca,
ego dan keinginan manusia memang tiada terkira. seringkali pula kita dibutakan dengan ambisi-ambisi pribadi kita, yang membuat kita kemudiannya lupa menghargai apa yang sekarang sudah kita miliki.
bermimpi boleh, berambisi boleh. tapi jangan pernah lupa… untuk menghargai apapun yang sudah atau sedang kamu miliki.
karena pasti, pasti. pasti apapun yang kamu punya sekarang ini, adalah apa yang kamu butuhkan.
jangan sampai menjadi seperti tukang batu yang sibuk mengejar emas sehingga luput memandang berlian yang ada di sekitarnya.
buka mata, hati, telinga.
belajar menghargai, belajar mensyukuri.
tidak dapat rotan? akar bisa kamu percantik sehingga bernilai lebih tinggi daripada rotan.
semua itu tergantung pada kamu,
mau tetap dibutakan ambisi, atau belajar mensyukuri?
:)
Hidup bukanlah tentang memiliki apa yang kamu ingini, tapi tentang menginginkan apa yang kamu telah miliki. bersyukurlah.
-darayudha, 2017-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar