Sabtu, 07 Desember 2013
Kamis, 05 Desember 2013
cover,cover!
jadi, saya itu punya satu hobi, yang saya tuh seneng banget ngelakuinnya. salah satunya adalah............................................
nyanyi!
nah, karena saya suka nyanyi, dan saya suka main gitar, saya suka iseng-iseng nge-cover/ nyanyiin ulang lagu orang.
kalau lagi iseng-iseng, boleh dibuka dan didengerin disini.
hehehehhehe, makasih! :)
uuuuuuuaaaaaasssss!
welcoming final exam,
"Ever tried, ever failed, no matter. Try again, fail again, fail better."
Go-Fight-Win!
:)
semoga UAS kali ini lebih semangat dan nilainya lebih memuaskan :))))
Minggu, 01 Desember 2013
architecture!
haii.
saya habis iseng bikin desain rumah gitu. nih gambarnya:
Proses pembuatannya
saya suka gambar dari dulu, tapi berhubung saya ngga jago gambar yang jenisnya kartun2 gitu, saya mulai belajar gambar yang dominannya garis-garis tegak dan struktural.
sebenernya saya dulu ngga bercita-cita jadi arsitek. arsitek ini adalah cita-cita sejak masuk SMA. karna kok saya mikirnya, saya suka gambar, saya enjoy gambar, yaaa pokoknya saya suka gambar. dan saya suka desain2 gitu. makanya saya memtuskan buat masuk IPA dan pengennya ngabil jurusan Arsitektur nantinya (amin!)
saya sadar sih nilai fisika saya kurang, tapi saya pasti bisa kok. susah sih, tapi saya pasti bisa.
saya bisa, pokoknya saya pasti bisa.
jadi, yah, bismillah.
semoga apa yang saya cita-citakan bisa tercapai!!!!! amiin :)
hehehehehe.
So i've got this freaking insomnia and i couldn't even freaking sleep and why the freak am i keep saying freak.
Freak.
So
let me tell a story. Jadi ceritanya saya habis menemukan rapor smp saya
setelah kemaren nyokap bongkar lemari buat nyari medali sama sertifikat2
taekwondonya abang.
I keep founding things, don't i?
so i'm kind of a little forget about my old score, Karena gaada kerjaan, jadi saya baca2 aja rapor lamanya-.-
And guess what?
saya masih inget banget, pas lulus itu, kelas 9 semester 2, saya peringkat 19-_- parah emang.
saya peringkat 19 dengan nilai rata2 rapor DELAPAN PULUH DELAPAN. God, kalo di ic itu udah ngalahin rata2 nya asa. -_-
Ini buktinya:
Kalo kalian zoom, itu lumayan rada keliatan ya kayaknya-_- nilai terjelek saya
jaman dulu itu dirapot 84. Dan iu pelajaran ipa. Kayaknya emang saya sucks
banget di physics-.-
Dan nilai terjelek saya sekarang di rapot adalah........ 73-_- fisika-_-
Then i wonder something like,
Kapan
nilai rapor bisa kayak dulu lagi...... Yang ngga ada nilai
tujuhnya, yang angka sembilannya ngga cuma satu atau dua biji. :(
Yah iya sih di ic susah dan smp itu beda sama sma. Tapi kan, dulu aja bisa dapet nilai segitu, kenapa sekarang ngga.
Kenapa sekarang mesti panen remedial dan nilai tujuh bejibun. Kenapa. Kenapa.........
Yah,
dar. Tanya lah sama diri sendiri kenapa males banget belajar.
Nyampe asrama kerjaannya cuma kalo ngga makan, baca novel, denger lagu,
kalo gak tidur.
-_-
I really have to focus.
Well, UniMelb, tungguin gue ya.
saya pasti bisa kok dapet beasiswa di jurusan arsitektur disana.
Bismillah.
doain ya!! <:-)
Analisis Novel: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Analisis Unsur
Intrinsik Novel
Daun Yang Jatuh Tidak
Pernah Membenci Angin
Oleh: Dara Yudha Nur
Fadhilah.
A.
SINOPSIS NOVEL
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis
perempuan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi
semakin sulit ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi
tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya
bernama Dede.
Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan
Dede akhirnya berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan
berjalan dari mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan
pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja
serabutan dan seringkali sakit.
Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania
menemukan seseorang.
Hari itu malam mulai
larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota yang penuh dengan orang-orang
yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah, Tania yang berbaju lusuh dan
tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku payung, menciptakan luka di
telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir deras.
Saat itulah seseorang
itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania, menutupnya dengan saputangan
yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat merah untu menyembuhkan
lukanya.
Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang
pincang, ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede.
Rupanya, ia bertemu lagi dengan seseorang
itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede, kemudian menyerahkan dua buah
kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan Dede.
Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan
satu untuk Dede. Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu
dengan ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania
dan Dede hingga tamat.
Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali
bersekolah, kembali menuntut ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap
seperti malaikat di kehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar.
Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh
cinta. Tetapi dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan
yang menyelimuti hatinya itu.
Namun, tak lama
setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali datang menerpa dirinya.
Ibunya meninggal.
Hidup Tania terus berlanjut meski duka menyelimuti hatinya.
Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa untuk bersekolah
menengah di Singapura. Dengan nasihat
Oom Danar, ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu
saja meninggalkan dia.
Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan
menghabiskan masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk
melanjutkan studi sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-nya,
Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede.
Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa
mereka memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan
mereka, Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.
Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri
yang memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura
beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau datang
ke pernikahan tersebut.
Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari
pertanyaannya selama ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas
didepan mata: Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah
berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua
perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.
Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania
menerima e-mail dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya
dengan Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan
untuk kembali pulang.
Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.
Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita
tentang semuanya, maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah
draf novel di laptop Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan
selesai.
Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar.
Tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang
sama kepada Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai,
berhenti pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.
Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu
dengan Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu.
Dan disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan.
Tetapi tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar
sudah bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung.
Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan,
dan mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.
B.
HASIL ANALISIS NOVEL
1)
Tema
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti
dalam kutipan berikut:
“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)
“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti...pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
2)
PENOKOHAN.
a.
Tania (Tokoh ‘Aku’)
Tania adalah seorang gadis yang
cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji, tulus, setia,
membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang yang menyayangi
keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi
membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan hidup mereka.
·
Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)
·
Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..”” (hlm. 15)
·
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)
b.
Oom Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang
tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga
pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga
merambah ke mancanegara.
·
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)
·
Baik
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm. 24)
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)
·
Menyukai Anak-Anak.
“...kak Ratna nggak akan pernah suka sama anak-anak. lihat, emang pernah Kak Ratna datang di kelas mendongeng? Kak Ratna juga nggak suka berdiri di lantai dua toko buku itu. Itu kan ritual wajib Oom Danar.” (hlm. 138)
c.
Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang
baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar yang tinggi, tampan, serta
tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang
berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain
lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu ia kecil dulu.
Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama Oom Danar di kelas
mendongeng.
·
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)
·
Pandai Bercerita
“kau pandai sekali bercerita. Dua kali lebih pandai dibandingkan Tania.” (hlm.177)
·
Tampan
“you’re really handsome baby. So i think, all the girls wouldn’t mind seeing you around the flat.” Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku.” (hlm.174)
d.
Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia
baik, menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus.
Ia begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya
Danar simpan diam-diam.
·
Pengertian, mau mendengarkan, sabar
“Matang, pengertian, mau mendengarkan, dan penyabar. Aku menelan ludah. Dalam beberapa hal, sifat baik itu ada pada kak Ratna, bukan padaku.” (hlm. 206)
·
Cantik, berperawakan seperti artis
“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali.” (hlm.39)
·
Penyabar
“Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia lebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong.” (hlm. 211)
e.
Ibu
Ibu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan menyayangi
keluarganya. Beliau seorang pekerja keras yang rela membanting tulang untuk
bekerja serabutan agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari
kata cukup. Ibu pengertian, serta sangat sabar dan tabah dalam menhadapi
kehidupan. Beliau juga seorang pencemas yang mengkhawatirkan anak-anaknya.
·
Pencemas
“kata ibu,”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti setiap barang yang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...” (hlm.17)
·
Pekerja keras
“seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa.” (hlm.35)
·
Pengertian
“tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. “Oom Danar lagi capek!” itu pesan Ibu.” (hlm.47)
3)
ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju
mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
·
Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di
sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak
akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania,
sang tokoh utama, yang kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh
dalam cerita ini.
·
Konflik/ awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil
mulai merasa perasaan yang mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede,
dan Ibu berjalan bersama ke Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu,
konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar
akan segera menikah.
·
Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang
akhir, yakni ketika Tania bertemu dengan Oom Danar di bawah pohon Linden dan
membicarakan mengenai kejujuran yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang
mereka pendam selama ini.
·
Anti Klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai
dengan perasaannya sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di
benaknya.
·
Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke
Singapura.
4)
LATAR
a.
Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara
Indonesia dan Singapura. Seperti ketika
di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:
·
rumah
kardus Tania:
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)
·
lingkungan rumah kardus Tania:
“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)
·
toko buku favorit Danar:
“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)
·
rumah
sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)
·
pusara
Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)
·
Kontrakan
Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)
·
Kelas
mendongeng milik Danar:
“..melainkan karena setiap hari Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya..” (hlm. 37)
·
Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
·
Dunia
Fantasi:
“sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya.” (hlm. 39)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di
·
Bandara
Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)
·
Flat
Tania:
”aku terkesima saat membuka pintu flat.” (hlm.147)
·
Chinatown:
“kami makan malam di Chinatown” (hlm. 98)
·
NUS
(National University of Singapore):
“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)
·
Toko buku
terbesar di Singapura:
“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)
·
Auditorium
tempat graduation Tania:
“ketika aku keluar dari ruangan auditorium, dia memelukku erat-erat.” (hlm.129)
·
kelas
mendongeng yang didirikan Tania:
“esok paginya saat hari Minggu, setengah hari dihabiskan di kelas mendongeng. Kami (aku dan Anne) menggunakan salah satu gudang di bangunan flat. Menyingkirkan semua barang yang tidak perlu menyulapnya menjadi kelas mendongeng yang nyaman.” (hlm. 176)
b.
Latar Waktu
·
Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
·
Siang
hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
·
Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
·
Malam
hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)
dapat disimpulkan bahwa rentang waktu yang digunakan dalam novel ini
adalah mulai dari Tania kecil yang berkepang dua hingga ia beranjak dewasa dan
menjadi seseorang yang sukses bekerja di Singapura.
“ini, Tania dulu yang sering kesini kan? Tania yang berkepang dua?” (hlm. 83)
“apa yang kita dapatkan setelah bertahun-tahun berhasil melalui semua kejadian yang menyakitkan itu? Apa? Menemukan kau di sini, tak bisa lari dari bayangan itu. Tak bisa lari sedikit pun. Menyesali semuanya...”(hlm. 253)
“dua tahun aku tak pernah melihatnya. Dua tahun yang amat panjang.” (hlm. 189)
c.
Latar Sosial
Latar sosial yang dipaparkan dalam novel ini adalah suasana lingkungan
flat dan dorm Tania di Singapura yang kental dengan kebersamaan. Diceritakan,
Tania memiliki seorang sahabat dekat yang satu kelas dengannya. Anne namanya.
“anne satu-satunya sahabatku di Singapura. Sahabat yang baik.” (hlm.94)
d.
Latar Suasana
·
Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)
·
Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)
·
Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)
·
Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)
5)
SUDUT PANDANG.
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku
utama. Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari
novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut ini:
“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup sekali.” (hlm.237)
6)
Gaya Bahasa
·
Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)
·
Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)
·
Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
·
Personifikasi
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
·
Sinisme
“cantik apanya? Rambut panjang, kuku panjang, untung kak Tania nggak punya lubang di belakang.” (hlm.45)
“iya, Ibu dan Oom terlihat kecil sekali,Tante Ratna malah nggak kelihatan.”tertawa. (adikku sengaja ngomong itu.)” (hlm.42)
7)
Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik
adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti
apa yang kita inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu
itu memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita
perbuat, meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun
kita bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang
tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut
kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang
negatif, hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan
senang itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan
hambanya bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya.
Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi
lebih baik lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi
bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang sukses di
Singapura.
Karena
cinta tidak harus memiliki.
Sabtu, 30 November 2013
Senin, 25 November 2013
berita
Jazz Goes To Campus /(JGTC)/adalah rangkaian acara tahunan bertema musik jazz/dengan puncak acara festival musik jazz /di FEUI/yang diprakarsai oleh/Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UI// Sejak pertama kali digelar pada tahun
1976//
lahir dari ide Chandra Darusman dan teman-teman/Jazz Goes To Campus telah berhasil mengejar tujuannya/menyebar dan merayakan cinta pada musik jazz//
Apa yang dimulai sebagai sebuah niat sederhana/yaitu menyuarakan semangat muda melalui musik/kini telah berubah menjadi tidak hanya festival jazz tertua/tapi juga salah satu Festival Jazz paling terkenal di Indonesia dan di dunia//
lahir dari ide Chandra Darusman dan teman-teman/Jazz Goes To Campus telah berhasil mengejar tujuannya/menyebar dan merayakan cinta pada musik jazz//
Apa yang dimulai sebagai sebuah niat sederhana/yaitu menyuarakan semangat muda melalui musik/kini telah berubah menjadi tidak hanya festival jazz tertua/tapi juga salah satu Festival Jazz paling terkenal di Indonesia dan di dunia//
bermula dengan hanya 1 panggung dalam
area parkir Kampus UI Salemba/Jazz Goes To Campus telah mampu untuk
senantiasa meningkatkan dan memperluas kualitas dan program-programnya//
Tahun ini/pada tahun ke-36 nya/Jazz Goes To Campus Festival memiliki 4 panggung/menampilkan lebih dari 40 musisi lokal dan internasional/dan juga menawarkan edukasi jazz melalui Museum Jazz nya//
Jazz Goes To Campus juga telah bertransformasi/menjadi tidak hanya 1 hari Festival/tapi juga serangkaian Pre Event dari Kompetisi Band/Roadshow/Charity Night/ Klinik Musik/dan penemuan baru tahun in/Malam Komunitas Jazz//
Tahun ini/pada tahun ke-36 nya/Jazz Goes To Campus Festival memiliki 4 panggung/menampilkan lebih dari 40 musisi lokal dan internasional/dan juga menawarkan edukasi jazz melalui Museum Jazz nya//
Jazz Goes To Campus juga telah bertransformasi/menjadi tidak hanya 1 hari Festival/tapi juga serangkaian Pre Event dari Kompetisi Band/Roadshow/Charity Night/ Klinik Musik/dan penemuan baru tahun in/Malam Komunitas Jazz//
Setelah berhasil menampilkan Musisi Jazz
ternama di panggungnya setiap tahun/seperti Idang Rasjidi/Benny
Likumahuwa/Oele Pattiselano/Indra Lesmana/Jazz Goes To Campus telah
berhasil menyentuh hati ‘the jazz people’/dan juga melahirkan pecinta
jazz baru//
Tahun ini/Jazz Goes To Campus memegang
janji/untuk menawarkan program yang lebih kaya dan peningkatan kualitas/dengan perhatian ekstra kepada khalayak/dan komunitas jazz//
Panitia berusaha untuk melanjutkan warisan/yaitu membuat Jazz dan Jazz Goes to Campus/sesuatu yang bisa dirayakan oleh semua//
Sebuah perayaan yang menawarkan tidak hanya ditujukan untuk mengibur/namun juga menginspirasi//
Panitia berusaha untuk melanjutkan warisan/yaitu membuat Jazz dan Jazz Goes to Campus/sesuatu yang bisa dirayakan oleh semua//
Sebuah perayaan yang menawarkan tidak hanya ditujukan untuk mengibur/namun juga menginspirasi//
CONFIRMED INTERNATIONAL ARTISTS
1. Depapepe
2. Kyoto Jazz Massive PA Live
1. Depapepe
2. Kyoto Jazz Massive PA Live
CONFIRMED INDONESIAN ARTISTS
1. Andien,
2. Tulus,
3. Tompi,
4. Raisa,
5. ESQI:EF – Syaharani and Queenfireworks,
6. Idang Rasjidi featuring Oele Patiselano and Iwan Wiradz,
7. Barry Likumahuwa Project tribute to Miles Davis ft. Bubugiri,
8. Dwiki Dharmawan Quartet,
9. Monita Tahalea and The Nightingales,
10. SORE,
11. Shadow Puppets,
12. Bubugiri,
13. Kul-Kul,
14. Acoustic Funk,
15. BAG+Beat,
dan masih banyak lainnya//
1. Andien,
2. Tulus,
3. Tompi,
4. Raisa,
5. ESQI:EF – Syaharani and Queenfireworks,
6. Idang Rasjidi featuring Oele Patiselano and Iwan Wiradz,
7. Barry Likumahuwa Project tribute to Miles Davis ft. Bubugiri,
8. Dwiki Dharmawan Quartet,
9. Monita Tahalea and The Nightingales,
10. SORE,
11. Shadow Puppets,
12. Bubugiri,
13. Kul-Kul,
14. Acoustic Funk,
15. BAG+Beat,
dan masih banyak lainnya//
Jadilah yang pertama mengetahui promosi tiket The 36th Jazz Goes To Campus, dengan lihat disini
Waktu : 1 December 2013 10:00
Tempat : FEUI Campus Ground, Depok
Harga Tiket: Rp. 58.000,-
source: http://id.wikipedia.org/wiki/Jazz_Goes_To_Campus
https://acara-event.com/the-36th-jazz-goes-to-campus/
The 36th Jazz Goes To Campus
Jazz Goes To Campus (JGTC) adalah rangkaian acara tahunan bertema musik jazz—dengan puncak acara festival musik jazz di FEUI—yang diprakarsai oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UI. Sejak pertama kali digelar pada tahun
1976, lahir dari ide Chandra Darusman dan teman-teman, Jazz Goes To
Campus telah berhasil mengejar tujuannya: menyebar dan merayakan cinta
pada musik jazz. Apa yang dimulai sebagai sebuah niat sederhana yaitu
menyuarakan semangat muda melalui musik, kini telah berubah menjadi
tidak hanya festival jazz tertua, tapi juga salah satu Festival Jazz
paling terkenal di Indonesia, dan di dunia.
bermula dengan hanya 1 panggung dalam
area parkir Kampus UI Salemba, Jazz Goes To Campus telah mampu untuk
senantiasa meningkatkan dan memperluas kualitas dan program-programnya.
Tahun ini, pada tahun ke-36 nya, Jazz Goes To Campus Festival memiliki 4
panggung, menampilkan lebih dari 40 musisi lokal dan internasional, dan
juga menawarkan edukasi jazz melalui Museum Jazz nya. Jazz Goes To
Campus juga telah bertransformasi menjadi tidak hanya 1 hari Festival,
tapi juga serangkaian Pre Event dari Kompetisi Band, Roadshow, Charity
Night, Klinik Musik, dan penemuan baru tahun ini: Malam Komunitas Jazz.
Setelah berhasil menampilkan Musisi Jazz
ternama di panggungnya setiap tahun – seperti Idang Rasjidi, Benny
Likumahuwa, Oele Pattiselano, Indra Lesmana – Jazz Goes To Campus telah
berhasil menyentuh hati ‘the jazz people’ dan juga melahirkan pecinta
jazz baru.
Tahun ini, Jazz Goes To Campus memegang
janji untuk menawarkan program yang lebih kaya dan peningkatan kualitas
dengan perhatian ekstra kepada khalayak dan komunitas jazz. Kami
berusaha untuk melanjutkan warisan yaitu membuat Jazz dan Jazz Goes to
Campus sesuatu yang bisa dirayakan oleh semua. Sebuah perayaan yang
menawarkan tidak hanya ditujukan untuk mengibur, namun juga
menginspirasi.
CONFIRMED INTERNATIONAL ARTISTS
1. Depapepe
2. Kyoto Jazz Massive PA Live
1. Depapepe
2. Kyoto Jazz Massive PA Live
CONFIRMED INDONESIAN ARTISTS
1. Andien,
2. Tulus,
3. Tompi,
4. Raisa,
5. ESQI:EF – Syaharani and Queenfireworks,
6. Idang Rasjidi featuring Oele Patiselano and Iwan Wiradz,
7. Barry Likumahuwa Project tribute to Miles Davis ft. Bubugiri,
8. Dwiki Dharmawan Quartet,
9. Monita Tahalea and The Nightingales,
10. SORE,
11. Shadow Puppets,
12. Bubugiri,
13. Kul-Kul,
14. Acoustic Funk,
15. BAG+Beat,
and many more!
1. Andien,
2. Tulus,
3. Tompi,
4. Raisa,
5. ESQI:EF – Syaharani and Queenfireworks,
6. Idang Rasjidi featuring Oele Patiselano and Iwan Wiradz,
7. Barry Likumahuwa Project tribute to Miles Davis ft. Bubugiri,
8. Dwiki Dharmawan Quartet,
9. Monita Tahalea and The Nightingales,
10. SORE,
11. Shadow Puppets,
12. Bubugiri,
13. Kul-Kul,
14. Acoustic Funk,
15. BAG+Beat,
and many more!
Jadilah yang pertama mengetahui promosi tiket The 36th Jazz Goes To Campus, dengan lihat disini
Waktu : 1 December 2013 10:00
Tempat : FEUI Campus Ground, Depok
Harga Tiket: Rp. 58.000,-
source: http://id.wikipedia.org/wiki/Jazz_Goes_To_Campus
https://acara-event.com/the-36th-jazz-goes-to-campus/
Sabtu, 23 November 2013
Resensi Novel: Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Karena Cinta Tidak Harus Memiliki.
Oleh: Dara Yudha Nur
Fadhilah.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit
: 2010
Cetakan
: ke – 2
Tebal
Buku
: iv+256 halaman
Harga Buku
: Rp.40.000,-
Pengarang
: Tere Liye
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin…
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masing dikepang dua.
Sekarang ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Setiap manusia, pasti pernah merasakan indahnya jatuh cinta.
Indahnya rasa berbunga-bunga ketika bertemu dengan sang pujaan hati, rasa ingin
selalu menjadi yang terbaik untuknya, dan tentunya, rasa ingin memiliki.
Rasa itulah yang dirasakan oleh Tania, seorang gadis yang
awalnya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tania sehari-harinya bekerja
sebagai pengamen untuk menambah penghasilan ibunya yang hanya bekerja sebagai
buruh cuci. Berdua dengan adiknya, Dede, Tania berhenti sekolah dan menghabiskan
hampir sebagian dari waktunya untuk bernyanyi dari mobil ke mobil, mulai dari
angkot, bis kota, hingga pinggir jalan. Bermodalkan sebuah kecrekan yang
berasal dari tutup botol bekas, mereka meraup receh demi receh di kantung baju
mereka yang kumal dan lusuh.
Tania sudah tidak bermimpi lagi untuk bisa bersekolah. Sejak
ayahnya meninggal dan ibunya harus membanting tulang demi menghidupi ia dan
Dede, Tania merelakan pendidikannya dan memilih untuk berbakti kepada ibunya.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan seseorang yang merubah
hidupnya.
Tania kecil yang sedang mengamen, bersama dede yang
kelelahan, kakinya tertusuk sebuah paku payung yang langsung membuat darah
segar keluar dari jemari kakinya yang mungil, kotor, dan tidak beralaskan
apapun.
Saat itulah seorang pemuda datang dan menolongnya.
Membersihkan kakinya dari darah dan kotor, serta membalutnya dengan sebuah sapu
tangan miliknya-agar tidak terluka lebih lanjut. Tidak hanya itu, Tania dan
Dede dibelikan masing-masing sebuah sepatu baru.
Rezeki itu rupanya tidak berhenti sampai disitu. Pemuda bernama Danar yang
menolong Tania itu bersukarela datang kerumah Tania, dan bertemu ibunya. Pemuda
itu berkata, bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede sampai tamat. Taklupa
ia mengajak Tania dan Dede ke sebuah toko buku besar, dan membelikan mereka tas
baru, alat tulis baru-aneka perlengkapan untuk memulai sekolah.
Sejak itulah Tania menganggap pemuda itu adalah malaikatnya.
Malaikat yang menyelamatkannya dari jurang kesedihan. Melepaskannya dari dekapan rasa kesulitan.
Malaikat yang kembali menghadirkan terang dalam gelap harinya sepeninggalan
sang ayah. Malaikat yang begitu dermawan, begitu rupawan, begitu sempurna.
Malaikat yang kemudian mengenalkannya pada rasa itu: berbunga-bunga dan selalu
ingin tampil menjadi yang paling sempurna. Malaikat yang kemudian
mengenalkannya pada rasa...jatuh cinta.
Meski pemuda itu berumur jauh lebih tua daripada dirinya.
Tania memendam semua rasa itu sendirian. Tidak ia biarkan
satu orangpun mengetahui rahasia hatinya itu. Ia turuti semua kata Malaikatnya
untuk belajar yang rajin, menjadi yang terbaik, dan membanggakan Ibu. Demi satu
harapan: Malaikatnya memiliki rasa yang sama dengan apa yang ia rasa.
Karena ini semua bukan hanya semata untuk membalas budi baik
sang Malaikat atas perlakuannya di bis kota bertahun-tahun sebelumnya.
Tetapi, apakah semua usaha Tania berujung manis? Akankah ia
mendapatkan hati sang Malaikat? Apakah pada akhirnya Tania mengungkapkan semua
perasaan yang ia pendam selama ini? Dan mungkinkah kisahnya berakhir bahagia, seperti cerita-cerita dongeng dalam mimpinya?
Novel ini disajikan begitu manis dan menggugah. Hadir dengan
judul yang unik, yakni: Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin, Tere-Liye
berhasil menguak sisi penasaran saya dan membuat saya tergerak untuk membaca
novel dengan sampul berwarna hijau ini.
Tere-Liye dengan gaya bahasanya yang khas membuat saya
seakan terbawa larut dalam tutur cerita dalam novel ini. Dengan berisikan
kurang lebih 256 halaman dan dituturkan dari sudut pandang Tania, novel ini
menguak tentang perasaan yang terpendam, rasa jatuh cinta sendirian, dan rasa
akan cinta yang tidak terbalas.
Bahasa yang cenderung ringan, gaul, dan simpel membuat novel
ini cocok untuk dibaca dari kalangan remaja hingga dewasa.
Meski begitu, novel ini memiliki kekurangan yakni dari segi
fisik, kertas yang digunakan dalam novel ini berwarna kuning kusam sehingga
tampak seperti buku lama. Alur cerita yang maju mundur juga sedikit
membingungkan.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini sangat baik untuk
dibaca dikala senggang. Terlebih, bagi para remaja yang mulai mengenal cinta
dan merasakan rasanya cinta yang tidak berbalas.
Cinta tidak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang amat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tapi dia tidak sempurna.Karna hanya cinta yang sempurna.
-Tania-
Happy reading!
Langganan:
Postingan (Atom)